7.2.12

Tuhan dan Konsep Ketuhanan

Tak usah mengerenyitkan dahi atau kaget dengan judul postingan saya hari ini. Awalnya, judul diatas juga membuat dahi saya mengerenyit dan memancing timbulkan tanda tanya yang sangat besar dalam benak saya.

“Tuhan dan Konsep Ketuhanan? Apa yang salah?”

Pertanyaan tadi sangat menggelitik benak saya. menstimulasi jaringan-jaringan yang ada di kepala saya. Dan pertanyaan yang sama juga ada dibenak kawan-kawan saya. Nampaknya, memang benar kita sudah akan mendekati akhir zaman. Akhir dimana manusia akan tunduk dan takluk pada sebuah hari kehancuran. Doom Day. Hari Kiamat.

Manusia semakin kurang ajar dengan pencipta-Nya. Mulai gusar dan mempertanyakan “Adakah Tuhan?” Jika ada yang menjawab ada, maka akan muncul pertanyaan kurang ajar berikutnya, “Dimana Tuhan?”. Mengapa saya mengatakan itu termasuk pertanyaan yang kurang ajar? Bayangkan saja, sudah sesempurna itu Tuhan menciptakan manusia dan makhluk hidup lain untuk manusia, tapi manusia kemudian congkak.

Hal alami, saya kira. Karena sekarang, manusia setara binatang. Liar dan bodoh.
Belum puas mendapat jawaban atas keberadaan Tuhan, manusia yang menyebut dirinya intelek itu menanyakan perwujudan Sang Pencipta sebagai sebuah pembuktian. Jika Tuhan adalah zat yang memiliki sifat menguap, mungkin kau bisa liat wujud embun. Jika Tuhan adalah zat yang memiliki sifat panas, mungkin kau bisa melihat matahari. Jika Tuhan adalah zat yang memiliki sifat tak terlihat, mungkin kau bisa merasakan angin.

Tapi perlukah kita mencari wujud dari Dzat yang menciptakan beningnya embun, panasnya matahari dan hebatnya angin?

Bisakah mereka, sang ilmuan juara menemukan formula untuk menciptakan setetes air dengan kandungan mineral SAMA dengan ciptaan Tuhan?

Mari bermain kata-kata.

Anda tahu cinta? Seperti apa bentuk cinta? Seperti apa wujud cinta? Bisakah anda menyebutkan seperti apa penggambaran cinta? Tidak, yah?

Anda pernah merasakan cinta? Bagaimana cinta membuat anda percaya dengan manusia lain? Bagaimana cinta membuat kebahagiaan? Pasti anda tahu jawabannya kan?

Tidak sesederhana cinta, Tuhan (saya rasa) jauh lebih megah. Jauh lebih indah. Jauh lebih maha. Maha diatas Maha. Tapi sama dengan cinta, Tuhan tidak memiliki wujud. Tapi bisakah kita meyakini Tuhan itu ada semudah kita meyakini cinta itu ada?

Sulit. Wajar.

Karena kita mengkonsepkan Tuhan itu serumit mengkonsepkan masa depan sebuah anak kecebong. Buat saya, Tuhan itu ada. Dimana? Disetiap bingkai gambar yang disimpan mata, disetiap jejak beku kaki perjalanan kehidupan, disetiap mikroliter darah yang menggenangi kepalaku.

(bagi saya) Tuhan itu nyata. Dan tidak butuh pembuktian.



Arr

1 comment:

  1. otak e jongkok tuch yg tnya tuhan dmna?hahahhaa

    ReplyDelete