29.2.12

Jadi...Salah Gue?!

Mengapa besar selalu menang   
Bebas berbuat sewenang-wenang
Mengapa kecil s'lalu tersingkir
Harus mengalah dan menyingkir
Apa bedanya besar dan kecil
Semua itu hanya sebutan
Ya . . . . . . walau didalam kehidupan 
Kenyataannya harus ada besar dan kecil
 Besar dan Kecil - Iwan Fals


Heloohoyy O-Rangers..
Apa kabar nih?
Sehat yaaa? Amiinnn..

Lagu oom Iwan diatas bakalan jadi tema postingan gw hari ini.
Lucu kalo kata gw, ketika orang-orang ribut ngomongin kesetaraan gender terus berisik banget demo soal hak asasi manusia tapi egois rebutan 'space' dijalan raya.

Ketika lu memutuskan untuk concern terhadap sesuatu, sebisa mungkin sesuatu itu memang timbul dalam diri lu dan keputusan untuk take concern pun diambil dalam keadaan sadar jasmani dan rohani. Kenapa? Malu guys ketika lu sudah berkoar-koar, berbusa-busa dan selalu semangat 45 menggalakkan sesuatu itu secara eksplisit, tetapi tanpa disadari lu melakukan apa yang lu tentang itu secara implisit.

Jalan raya, bagi gw adalah milik bersama.
Milik bersama berarti tidak ada seorang pun yang berhak mengklaim jalan raya tersebut adalah punya dia.
Tidak ada kepemilikan.

Perihal jalan raya yang semakin hari semakin padat dengan jumlah kendaraan, ya itulah hidup di dunia.
Manusia bergerak, tumbuh dan berkembang. Pergerakan intelegensi manusia yang semakin baik dari abad ke abad mempengaruhi kemunculan teknologi yang akhirnya berujung pada sebuah kehidupan. Gaya hidup.
Dijakarta, kota yang termasuk kedalam kota terpadat, tersibuk, dan disebut-sebut sebagai kota metropolitan, sudah tentu pergerakan manusia didalamnya pun akan masif.
Menurut gw, hal ini ngga bisa diprotes. Mau diprotes bagian mananya?
Bagian perkembangan manusianya? Itu alami, kodrat.
Bagian semakin padatnya manusia? Itu alami, manusia suka ko menambah angka pertumbuhan manusia lainnya. Mereka menyukai proses-nya.
Bagian gaya hidup yang semakin hedonis? Itu globalisasi, perubahan. Pertanyaannya ; siapa yang bisa menghentikan dan merubah serta mencegah sebuah perubahan? Tuhan.

Bergerak dari semakin hedon-nya manusia didunia umumnya dan di jakarta khususnya, berimbas pada melonjaknya kurva penjualan kendaraan. Tidak relevan? Ah, masa.... Coba deh kalian nongkrong jam 9 didepan kantor gw didaerah kuningan, kemudian coba hitung ada berapa banyak mobil dengan harga diatas 300 juta.
Jawabannya : ratusaaaan? Lebih! :)

gw sih disini ngga mau ngebahas soal hedon meng-hedon, tapi gw mau bahas soal kepemilikan jalan raya.
Lebar jalan protokol diibukota ini ngga lebih lebar dari rumah-rumah mewah dikawasan kuningan dan menteng.
Mungkin dalam perhitungan orang dinas perhubungan, volume kendaraan yang dapat tertampung disetiap jalan nasional di indonesia itu tidak lebih dari 1:3. Satu ruas jalan banding tiga lajur. Nah sekarang? 2 jalur mobil plus 4 jalur motor.

Nah, ngomongin soal pembagian hak jalan, rasanya sih, kalo menurut pendapat gw, ngga ada yang berhak membagi-baginya. Mau berdasarkan rasio besarnya kendaraan, ataupun banyaknya jumlah kendaraan.
Menurut gw, semua orang yang berada dijalan raya memiliki hak yang SAMA.
Mau itu jalan kaki, naik sepeda, naik motor, numpang bajaj, bawa beca, naik angkot, nyetir sendiri ataupun nyetir buskota.

KITA BUKAN SIAPA-SIAPA YANG BERHAK MEMBAGI JALAN RAYA ATAS NAMA HAK APAPUN.

Jalanan itu bagaikan rimba raya.
Siapapun yang ada disana mengikuti hukum alam yang memang sudah ada darisononya..
Mungkin lebih polite kalo kita berbagi saja jalanan yang memang sudah tinggal segitu-gitunya itu.

Lucunya, arogansi manusia yang hidup didunia ini lebih mendominasi ketimbang mempergunakan unsur hati dan kepala.

Semakin macetnya jalanan diibukota, orang-orang yang merasa diriinya superior mencari orang-orang yang bisa disalahkan atas ketidak-lancaran transportasi mereka.

Orang yang bawa mobil berkali-kali menyalahkan orang yang naik motor adalah biang dari kemacetan jakarta karena jumlah motor yang semakin lama semakin menyaingi jumah bayi yang lahir. Kalo dulu ada istilah 'baby boom', kini mungkin lebih bagus kalau diganti 'motorcycle boom'.

Karena merasa dirinya tidak merugikan orang yang bawa mobil, orang yang bawa motor berbalik menyalahkan orang yang bawa mobil karena kalau menyetir suka terlalu mepet kekiri -yang mana merupakan aturan pemerintah menempatkan motor disebelah kiri-, sehingga motor ngga bisa lewat.

Sang pemobil (orang yang bawa mobil) ngga terima dengan argumen pemotor (orang yang bawa motor) yang menyebutkan pemobil suka mepet kekiri. Pemobil balik marah dan menunjuk barisan motor yang menyelinap disela-sela antrian mobil. Bahkan, terkadang membuat jalur baru ditengah-tengan lajur mobil.

Pemotor yang merasa terpojok dan tidak lagi memiliki ruang gerak lebih, kemudian memilih untuk menghalalkan segala cara, agar mereka sampai ditujuan. Trotoar adalah korban pemerkosaan hak jalan raya.

Ketika pemobil semakin mepet kekiri dan pemotor akhirnya melakukan bypass dengan naik ke trotoar, pejalan kaki kemudian demo karena bingung mau jalan disebelah mana kalau trotoarnya dipake jalur baru untuk motor dan disebelah trotoar cuma ada selokan?
Pejalan kaki yang frustasi akhirnya mencari orang yang harus bertanggung jawab atas hilang-nya pedestrian mereka. Dan....siapa lagi yang paling 'berhak' untuk disalahkan selain aparat dan pemerintah? Klasik.

Bukan sampai situ saja, aparat dan pemerintah yang merasa dirinya sudah cukup oke melakukan tugasnya tidak terima dengan tuduhan para pengguna jalan raya. Mereka berusaha untuk mengatasi keadaan dengan memberikan peringatan kepada pengguna jalan raya. Sayangnya, hampir selalu random. Banyak yang tidak salah kena tilang.

Pengguna jalan raya yang tidak bersalah dan kena tilang pun mengadukan keluhannya kepada komunitas-komunitas yang concern dengan para pengguna jalan. Dan merekapun melakukan aksi turun ke jalan serta semacam kampanye dan sedikit menyindir para pelanggar jalan.

Dan pelanggar jalan punya jurus efektif kabur dari kewajiban hukum dengan bilang "saya ngikutin yang depan aja mas!"

Dan agaknya, kampanye pun tidak akan menghentikan perseteruan pembagian hak prerogatif pengguna jalan raya. Lalu,

MAU SAMPAI KAPAN???

Mau sampai kapan kita ngeributin jalan raya yang tinggal segitu-gitunya lagi?
Buat gw, ngga ada yang bisa disalahin selain pribadi kita masing-masing.

Pemobil sama sekali ngga salah karena dia beli mobil. Lah, sapa elu berani-berani ngatur orang untuk beli mobil atau ngga. Kan kalau dia beli mobil, pake duit dia bukan elu.
Pemotor juga ngga dosa dengan dia beli motor. Lah, orang cuma mampunya beli motor, masa harus maksain beli mobil demi image doang?
Pejalan kaki apalagi, mereka sama sekali buka orang yang harus disalahkan. Lah orang die jalan pake kakinya sendiri kok!
Bis kota juga ngga salah-salah amat. Lah, sapa elu ngelarang orang cari duit dengan jadi supir bis?

Bagi gw, lebih baik kita introspeksi diri aja. Apakah selama ini kita sudah melakukan hal yang benar? Bagi gw, baik itu belum tentu benar, dan benar itu belum tentu baik.
Sudahi lah saling menunjuk muka orang lain karena merasa kita lebih berhak untuk sesuatu yang pada dasarnya sesuatu tersebut tidak memiliki sifat kepemilikan.

seperti memperebutkan cinta dari orang jomblo. cinta orang jomblo kan bukan milik siapa-siapa.. :p

Jadi pada intinya gw nulis panjang lebar ini adalah...
hargai lah kepentingan sesama pengguna jalan. semua ingin cepat. semua ingin lancar. dan semua juga ingin aman dan tentram.

akhir kata,
redamlah hawa nafsu untuk menyelak barisan dan antrian wahai pemobil...
singkirkan ide kreatif untuk membuka jalur baru diatas trotoar dan jembatan penyebrangan wahai pemotor...
teguhkanlah hati dan kuatkan niat untuk selalu menyebrang pada tempatnya, minimal di zebra cross supaya kalo kesenggol bisa ngambek wahai pejalan kaki...
dan janganlah tergoda untuk berhenti ditengah jalan dan menyerobot jalur transjakarta wahai angkutan kota...



RESPECT!
Arr


23.2.12

Berlari

Tolong bawa aku kesuatu tempat dimana hanya ada mereka dan urusan mereka, orang-orang yang sibuk membenahi diri mereka, dan pribadi yang memiliki respect yang luar biasa. Tolong.



232
Arr

RESPECT! [capslock : on]

Hollahoii O-Rangers...
How's your day?
Semoga di malem jumat ini as good as usual yaaa?

Biasanya, kalo gw udah nulis blog, artinya pikiran gw terusik-bahkan terganggu- dengan hal-hal yang umumnya sih gw alami sendiri dikeseharian gw.  Nah kaya yang sekarang lagi gw rasain nih O-rangers. Ngga jauh-jauh sih temanya dari 'urus aje hidup lu sendiri'.. :)

Gw itu punya satu kepercayaan yang, yah, kalo bisa dibilang agak-agak aneh. Gw itu gampang banget keganggu dengan orang-orang yang ribet, too much take concern with my life, my problem and everything mine.
Gw itu gampang banget keganggu dengan hal-hal yang sifatnya ngacak-ngacak ranah pribadi orang atau ngelewatin 'police line' yang udah gw pasang didalam hidup gw.

Gw yakin ko setiap orang punya batas-nya masing-masing. Ada yang ketutup banget atau kebuka banget. Gw ngomong gini bukannya gw bukan orang yang ngga pengen tau urusan orang alias KEPO atau FUDUL ; gw suka -bahkan sering- penasaran dan pengen tau dengan urusan orang, BUT, selama ini, sejauh yang gw sadari, gw tetep menghormati privacy mereka karena GW JUGA PUNYA PRIVASI.

simpel kan?

Buat gw, hidup bersosialisasi dengan manusia lain itu simpel banget. Jangan pernah melewati batas orang lain yang SELALU TIDAK PERNAH terlihat karena gw pun PUNYA BATAS ITU. Sesimpel itu? iya.

Dan semua hal diatas related to kejadian gw hari ini.

Jejaring sosial Twitter kadang mengharuskan kita untuk ask permission to someone who wants to follow us ketika dia 'memutuskan' untuk berteman dengan kita.
Gw termasuk orang yang memprotect akun twitter gw dan kalau ada orang yang mau follow gw dia harus send follower request ke gw untuk gw accept.

Masalahnya adalah :

HARUS YA GW FOLLOW BALIK ORANG YANG MEMUTUSKAN UNTUK FOLLOW GW?

Buat gw, alasan gw protect akun twitter gw aja harusnya sih udah cukup jelas untuk menandakan bahwa gw ngga suka sembarang orang cari tau tentang hidup gw. Disamping kadang gunanya cuma buat ngabisin rasa penasaran, kadang ngga ada gunanya.

Kalau sampai sejauh tulisan ini lu melihat gw adalah orang yang sombong atau belagu ; it's your own problem not mine. Karena itu adalah persepsi lu terhadap gw. Buat gw ngga masalah. Haters itu ada sebagai penyeimbang supaya manusia sadar dia itu ngga akan pernah sempurna dan ngga akan pernah bisa memuaskan rasa haus dirinya akan pencitraan dan harapan orang lain. Standar lah ; Manusia tidak akan pernah puas.

Buat gw, menerima follower request dari seseorang itu mesti ada alasannya. Selain biasanya memang minimal pernah liat mukannya atau pernah berinteraksi dengan dia, ya memang didunia nyata gw kenal dan berteman atau memiliki hubungan dengan seseorang itu.
Terlepas dari itu, maaf, gw ngga ngejar target buat punya followers ribuan atau jutaan kok. Eksis amat.

Masih dalam definisi yang diambil dari kitab dalam otak gw, twitter itu fungsinya kurang lebih sama dengan SMS, atau aplikasi messeger lainnya yang secara mendasar fungsinya adalah membuat komunikasi. Bedanya, gw maunya komunikasi dengan orang yang gw kenal dan kenal gw. Masalah?

Bukan gw ngga mau menambah teman baru melalui akun twitter dan akun-akun lain di jejaring sosial... Tapi setelah gw perhatiin, ujung-ujungnya, cuma buat nambah follower doang kan? Saling mention ketika memang perlu memention. Ketika ngga, mantau timeline aja.

Masih banyak kok cara berteman yang lebih menyenangkan selain lewat 'random request' ke akun jejaring sosial orang. berkenalan secara langsung lebih enak. Bisa lebih tau gimana mukanya, gimana cara ngomongnya, kepribadiannya, dan lain-lainnya.

Menurut gw, ngga ada regulasi yang mengatur seseorang harus mem-follow balik orang yang dengan sadar mem-follow dia, begitu juga sebaliknya ; seseorang harus meminta orang yang secara sadar dia follow untuk mem-follow balik.
Basic-nya, perihal follow-memollow ini sih tergantung orangnya aja.. Ngga bisa dipaksain.. Santai aja, ngga usah ribet. Ngga mempengaruhi hidup kita secara signifikan juga kok dengan perihal ini.

Kalau soal orang yang membiarkan timeline bisa dibaca bebas oleh orang lain sih gw ngga mau tau. Itu kembali lagi kepada pilihan dan keputusan yang mereka ambil, terlepas dari alasan apapun yang mendasarinya. Lagian, itu urusannya dia bukan gue. :D

Jadi, pada intinya adalah....
Ya, hidup masing-masing aja lah. Hidupi kehidupan lu and i'll live mine. :)
Respect people...



Love,

Arr

22.2.12

Meracau

Aku belum lama menapaki jejak-jejak ranting beku yang ditinggalkan detik waktu pada dataran manis padang belenggu. Bahkan, untuk sekedar menari-menari membuat putaran pun ; rasanya bukan lagi hal yang teringin saya lakukan.
Menghujani malam dengan gemerlap tetesan air mata? Ah! cerita lama yang tak pernah tinggal diam ; mengikuti kemana angin kelabu membawa sisa bulir rasa pedih itu sedikit berputar -sebelum akhirnya singgah ditengah kesyahduan peraduan-
Tapi, jangan kau salahkan serat-serat darah yang menjadi batu didalam periuk kehidupkanku. Mereka-lah yang selalu menjadikan riuh rendahnya gelombang pelangi bersemayam menjadi dasar biang asa basi.
Teramat jingga. Sulam senyuman yang janggal disebelah rinai debu bermahkotakan gurauan batang padi bersenar.
Aku hanya ingin.
Meresapi lagi kemilau udara senja yang telah lama lari mengejar gadis impiannya ; Pagi.



Jakarta
2102

Arr

8.2.12

Why and How

Kehidupan tentang cinta emang ngga pernah bisa ketebak. Mau kita ngerasa udah expert dan jago dibidang cinta, percaya deh, kita ngga akan pernah tau surprise apa yang dikasih sama cinta buat kita. Kaya gue.
Cinta selalu aja ngasih surprise ke gue, seperti sekarang. Dia ngasih rasa yang ajaib banget buat gue. bukanlagi sebatas cinta.

kalau kata kahitna sih, cinta sudah lewat :)

banyak banget yang nanya sama gue kenapa gw bisa suka dan akhirnya memutuskan untuk pacaran dengan orang paling dingin, cool, nyeleneh, misterius sekantor dan hampir disangka homo gara-gara ngga pernah terlihat dan ngomongin cewe.

jawabannya cuma satu dan simpel.


gw sama dia sama-sama punya paham yang orang lain kadang ngga paham, sulit paham bahkan sampai menyebabkan salah paham. dengan kata lain ; kita sepaham

jadi sebetulnya, bukan cuma dilandasi apa yang dnamakan cinta aja, tapi juga pemikiran tentang beberapa hal. gue ngga bilang kita cocok atau memiliki banyak kesamaan, cuma kita sepaham.

apa kamu paham :)


Arr

7.2.12

Tuhan dan Konsep Ketuhanan

Tak usah mengerenyitkan dahi atau kaget dengan judul postingan saya hari ini. Awalnya, judul diatas juga membuat dahi saya mengerenyit dan memancing timbulkan tanda tanya yang sangat besar dalam benak saya.

“Tuhan dan Konsep Ketuhanan? Apa yang salah?”

Pertanyaan tadi sangat menggelitik benak saya. menstimulasi jaringan-jaringan yang ada di kepala saya. Dan pertanyaan yang sama juga ada dibenak kawan-kawan saya. Nampaknya, memang benar kita sudah akan mendekati akhir zaman. Akhir dimana manusia akan tunduk dan takluk pada sebuah hari kehancuran. Doom Day. Hari Kiamat.

Manusia semakin kurang ajar dengan pencipta-Nya. Mulai gusar dan mempertanyakan “Adakah Tuhan?” Jika ada yang menjawab ada, maka akan muncul pertanyaan kurang ajar berikutnya, “Dimana Tuhan?”. Mengapa saya mengatakan itu termasuk pertanyaan yang kurang ajar? Bayangkan saja, sudah sesempurna itu Tuhan menciptakan manusia dan makhluk hidup lain untuk manusia, tapi manusia kemudian congkak.

Hal alami, saya kira. Karena sekarang, manusia setara binatang. Liar dan bodoh.
Belum puas mendapat jawaban atas keberadaan Tuhan, manusia yang menyebut dirinya intelek itu menanyakan perwujudan Sang Pencipta sebagai sebuah pembuktian. Jika Tuhan adalah zat yang memiliki sifat menguap, mungkin kau bisa liat wujud embun. Jika Tuhan adalah zat yang memiliki sifat panas, mungkin kau bisa melihat matahari. Jika Tuhan adalah zat yang memiliki sifat tak terlihat, mungkin kau bisa merasakan angin.

Tapi perlukah kita mencari wujud dari Dzat yang menciptakan beningnya embun, panasnya matahari dan hebatnya angin?

Bisakah mereka, sang ilmuan juara menemukan formula untuk menciptakan setetes air dengan kandungan mineral SAMA dengan ciptaan Tuhan?

Mari bermain kata-kata.

Anda tahu cinta? Seperti apa bentuk cinta? Seperti apa wujud cinta? Bisakah anda menyebutkan seperti apa penggambaran cinta? Tidak, yah?

Anda pernah merasakan cinta? Bagaimana cinta membuat anda percaya dengan manusia lain? Bagaimana cinta membuat kebahagiaan? Pasti anda tahu jawabannya kan?

Tidak sesederhana cinta, Tuhan (saya rasa) jauh lebih megah. Jauh lebih indah. Jauh lebih maha. Maha diatas Maha. Tapi sama dengan cinta, Tuhan tidak memiliki wujud. Tapi bisakah kita meyakini Tuhan itu ada semudah kita meyakini cinta itu ada?

Sulit. Wajar.

Karena kita mengkonsepkan Tuhan itu serumit mengkonsepkan masa depan sebuah anak kecebong. Buat saya, Tuhan itu ada. Dimana? Disetiap bingkai gambar yang disimpan mata, disetiap jejak beku kaki perjalanan kehidupan, disetiap mikroliter darah yang menggenangi kepalaku.

(bagi saya) Tuhan itu nyata. Dan tidak butuh pembuktian.



Arr

Klakson dan Management Qalbu

Hollahoii O-Rangers!!
How's your day? Semoga hari senin ini ngga ada unsur bad atau hate-nya yaaa :)
Hari senin gw dimulai dengan rapih-rapih pindah tempat duduk dikantor.. Tadinya, tempat duduk gw udah pewe banget! Deket jendela. But, karena satu dan lain hal, juga demi kepentingan khalayak ramai, gw terpaksa pindah. But, siapa tau ditempat duduk yang sekarang ini bakalan lebih pw? Ya ngga?
Aniwei, hari ini gw mau sedikit cerita soal pengalaman pribadi gw yang sedikit banyak dibumbui oleh beberapa pemikiran dangkal dan super absurd.

So, let's press the scroll down.


Sudah hampir 5 tahun gw tumbuh dan berkembang biak di ibukota Jakarta yang kalo kata Muse mah, udah kaya supermasive black hole. Dari mulai gw yang ngga tau apa-apa soal angkutan kota, sampai yang gw selalu bilang "Gw tuh ngga suka Jakarta!" sambil tetep nyari kerjaan disana. Hehehe..
But satu hal yang sepertinya selalu sukses membuat gw kehilangan mood adalah ketidaksabaran orang-orang yang hidup di Jakarta. Gw ngga bilang orang jakarta asli loh, bukan juga gw bilang orang manapun. Maksud gw adalah semua orang yang hidup, mencari kehidupan, menghidupi dan menghidupkan Jakarta. termasuk gw sepertinya.

Entah karena budaya yang lambat laun tercipta atau memang setiap individu membawa arogansinya sendiri ketika sedang melakukan aktifitas di Jakarta ini. Sampai sekarang pun gw masih penasaran, sebetulnya, apa yang menjadikan orang-orang itu begitu 'brutal'?!

Sekarang, jika gw berhenti di belakang garis putih dilampu merah, tanpa harus melihat ke arah traffic light, gw bisa tau kapan lampu merah berubah menjadi hijau. Gimana bisa? Mudah saja.
Ketika lampu merah (apalagi kalau ada time counter-nya) akan berubah menjadi hijau, pada saat dia berpindah sebentar ke lampu kuning, orang-orang akan dengan serentak membunyikan klakson mereka. Itu tandanya sudah -akan- hijau, atau kita harus jalan.
Tapi jangan salah, kadang, ketika lampu masih merah dan hitungan di time counter-nya masih 5 second lagi, banyak juga yang sudah mengambil inisiatif untuk memencet klakson mereka. Oh, mungkin, mengingatkan gw untuk segera bersiap jalan.

Kalau untuk dua urusan diatas sih, masih bisa dijejali ke otak gue. Tapi kalo untuk urusan yang satu ini, agaknya sih otak mereka yang harus gue jejali.
Bukan baru satu kali gue alami kejadian absurd ketika lampu merah masih menyala. Seperti biasa, gw suka meregangkan tangan gw yang pegel gara-gara mencet kopling. Tiba-tiba dari belakang ada mobil dan motor yang dengan intensifnya ngelaksonin gw. Sebelum gw nengok, gw ngecek dulu keberadaan gw. Gw cek lampu merah, masih 30 detikan lagi. Gw cek posisi gue, ngga ngalangin orang yang mau belok kiri, terus gw cek lagi, gw masih dibelakang garis putih ko. Terus kenapa mereka ngelaksonin gw yah?

Karena mereka masih ngelaksonin gw, gw nengok dan bilang 'kenapa?' dari balik helm gw. Ngga kedengeran sih kayanya, cuma gesture kepala gw dimengerti oleh mereka. Kemudian, sambil sedikit tinggi nada bicaranya, salah seorang pengendara tersebut bilang "Maju dong lu!".

Lah, maju kemane?

Karena gw belum ada hak untuk maju, maka gw diem aja. Tapi mereka tetep ngelaksonin gw. Kuping gw sebetulnya masih sanggup denger suara knalpot bobokan yang suaranya berdesibel-desibel lebih nyaring, tapi kalo terus-terusan gini, gerah juga yah. Akhirnya, gw maju sedikit dan membiarkan motor berisik itu maju kesebelah gw. Gw pikir, dia emang mau berenti sejajar dengan gw, tapi ternyata, dia mau nerobos lampu merah toh.....

Jadi, kesimpulan selama kurang lebih 15 detik dia terus menerus ngelaksonin gw sambil sedikit ngomong kasar itu untuk nerobos lampu merah... Mudah-mudahan dia sempet introspeksi diri sebelum tiba-tiba kendaraan lain khilaf untuk ngerem yah...

Yang ingin gw tanyakan adalah "Apa fungsi klakson -Anda-?"

Buat gue, klakson itu ngga terlalu penting-penting amat sih keberadaannya. Paling cuma buat tanda -kalo gw udah dirumah, tolong bukain pagernya- doang.
Kalau Anda, sudah menggunakan klakson untuk apa aja?

Kalo bokap gw, selalu mencet klakson dimanapun kapanpun ketika ada apapun yang menghalangi jalan dia. Gw sih beberapa kali berantem sama dia soal kebiasaannya itu. Bukan soal dia ngelaksonin apa atau siapa, tapi lebih kepada BERISIK.
Kebayang kan setiap ada yang menghalangi jalan dia terus dia klaksonin?

Kalo nyokap gw, selalu nyuruh mencet klakson ketika gw nyetir mobil, dan ada motor yang jalannya persis didepan lampu kiri gw. Atau, ketika gw mau nyusul mobil atau motor.
Gw sih seringkali ngga ngelakson. Bukan karena ngga pengen mereka aware, tapi lebih kepada NYUSUL AJA RIBET AMAT.

Begini,
Menurut gw, penggunaan klakson itu seharusnya untuk hal-hal yang penting dan urgent aja. Ngga semua hal harus diklaksonin.
Apalagi yang berhubungan dengan arogansi dan sifat memiliki yang terlalu berlebihan kepada jalanan.
Ketika Anda membunyikan klakson karena orang didepan Anda menghalangi jalan Anda, memang, ada aturan atau fatwa yang tertulis menyangkut ketidakbolehan seseorang atau sesuatu menghalangi jalan Anda?
Alasan apa yang mendasari Anda memiliki kesombongan untuk menyuruh orang didepan Anda menyingkir dari hadapan Anda, agar Anda dapat bergerak bebas?
Jika kemudian dalih Anda "Lagian motor jalan ditengah" atau "Lama amat sih jalannya, buru-buru nih!" siapa yang harus disalahkan dan bertanggung jawab atas keadaan mereka?

Jalan raya yang ukuran lebarnya sudah segitu harus rela Anda bagi dengan puluhan orang pada saat yang bersamaan. Itu sih, ngga perlu saya jelaskan dapat darimana teorinya. Ketika Anda memutuskan untuk membeli sebuah kendaraan apapun jenisnya, Anda harus siap berbagi jalan dengan jutaan warga yang juga memiliki kepentingan seperti Anda.

Tidak ada aturan yang tertulis bahwa mobil berhak mengklakson motor, motor berhak menyingkirkan sepeda atau tukang jualan yang memakai roda, dan sepeda berhak mengambil langkah pejalan kaki.
Semua punya hak yang sama ketika sudah turun ke jalan.
Tidak ingin mengantre dalam kemacetan yang sudah bisa dijadwalkan layaknya kereta api? Silahkan hubungi petugas keamanan yang memiliki motor ber-cc besar, memakai lampu strobo, dan biasa parkir dibawah flyover, deket lampu merah, belokan putar balik, bahkan dibalik semak-semak.
Mungkin Anda bisa memiliki kesempatan untuk berjalan tanpa hambatan.

Bagi gw yang hanya warga menumpang diJakarta, perilaku memencet klakson seagresif menginjak gas adalah perilaku yang cukup membuat emosi. Sampai gw mencari apa sebetulnya hal mendasar yang membuat mereka melakukan hal tersebut? Mungkin jawabannya adalah Sabar.

Memencet klakson ketika lampu masih merah ; tidak sabar menanti lampu hijau dan gemas melihat jalan didepannya kosong. Dia mungkin lupa, disaat lampu kita merah, lampu lain berwarna hijau...
Memencet klakson ketika ada sesuatu yang menghalangi didepan ; tidak sabar dalam perjalanan dan merasa dia memiliki hak lebih untuk jalan duluan. Dia mungkin tidak sadar akan berjalan zig-zag membelah arus demi menemukan kelancaran...
Memencet klakson ketika seseorang dengan tidak sengaja atau sengaja menyalip anda dijarak yang sangat dekat ; refleks umum yang dicampur sedikit rasa kaget dan shock. Karena mungkin kurang sabar menjaga emosi, kemudian memencet klakson sangat paaanjaaang dan laaaamaaaa. Dia mungkin shock dan syarafnya sedikit konslet sehingga lupa mengangkat jempol dari tombol klakson yang mungkin juga konslet....
Memencet klakson ketika tidak ada apapun yang harus diklaksonin ; agaknya, Anda sudah harus pergi berlibur ke alaska dan merendamkan kepala Anda pada gletser yang tengah mencair.

Kongklusi dari curhat gw diatas adalah, pergunakan-lah klakson Anda yang kadang bunyinya seperti sapi mau beranak dengan sebaik mungkin. Karena seperti genre musik, ngga semua orang suka yang bising.


Nooot..not...nooott...not!



Arr

3.2.12

Pada Ujung Jari

aku banyak melihat mentari datang tergopoh-gopoh karena malamnya dengan sang rembulan terlalu indah untuk tenggelam.
pernah juga melirik angin yang terseok-seok menguntai jalinan air hujan yang urung mereda.
aku juga pernah memilin hati yang entah sudah berapa kali terburai bersama masa.
bukan cuma tentang cinta, tetapi juga senja.


hampir tak bisa kutemukan jalanan basah tanpa debu dibalik rindangnya kemilau lentera pagi ini.
bersemayam dalam mimpi, satu pujian pada sesosok kata yang tak berhati
aku bergulat dengan perih, menyelimuti asa dengan duka.
dan luka ini, tidak pernah sirnah

perjalanan tentang waktu yang tak memiliki peta membawa aku pada bualan asap yang dulu sangsi tuk singgah.
kini ia membeku, menjadi serpihan kosong yang terpagut pada bayang-bayang tirai masa lalu.
tapi aku berhenti.
menyimpan gelora yang basi dalam cangkir merah yang berdebu.
meluapkan sisi temaram yang tertanam didalam rongga keramik tua
dan kembali terlelap.

jangan bangunkan aku, aku telah terjaga.


Arr

1.2.12

Respect, Rules and Randomness

hollahoiii O-Rangers...

Sebenernya udah lama banget gw pengen nulis tentang ini tapi keburu lupa melulu. Hahaha. Biasa lah, gw emang cepet inget gampang lupa. :D
Baydewey, topik ini sebetulnya udah lama juga jadi bahan 'riset' gw dengan diri gw dan lingkungan gw.. So, here it is.

Menurut bang gugel, arti respect in english adalah
esteem for or a sense of the worth or excellence of a person, a personal quality or ability, or something considered as a manifestation of a personal quality or ability

atau juga artinya bisa
deference to a right, privilege, privileged position, or someone or something considered to have certain rights or privileges; proper acceptance or courtesy;

Kalo dibahasa indonesia-in, respect itu adalah
saling menghormati

Sesimpel itu? Iya.
Buat gw, respect itu malah lebih simple lagi. Ngga usah ngurusin urusan orang lain. Simple kan? :D

Gini loh O-Rangers,
Studi kasus gw berawal dari sekelompok manusia yang menamakan dirinya komunitas, yang bergerak secara solidaritas dan kadang suka sedikit lupa moralitas.
Gue disini memang tidak memiliki kapabilitas untuk membicarakan apa itu moralitas, tapi, bukankah kita semua sudah tau apa itu moral dan moralitas?
Terlepas dari moralitas, gue disini mau ngebahas soal kecenderungan manusia yang sepertinya sudah mendarah daging dan beranak pinak ; ngga ngaca.
Kenapa gw bilang ngga ngaca adalah kecenderungan manusia yang sudah mendarah daging? karena kadang manusia melakukan sesuatu itu tanpa berpikir panjang atau berpikir bagaimana sesuatu itu bisa berdampak bagi orang lain.

Seperti sebuah aksi bernama KAMPANYE. Bukan, bukan kampanye capres yang mau gw omongin, tetapi kampanye tentang isu atau masalah tertentu.
Ketika anda memutuskan untuk peduli dan concern terhadap suatu isu (apapun itu), cobalah untuk tidak mengeneralisasikan semua orang melakukan hal yang sama. It's easier when you put some RESPECT on your CAMPAIGN. Karena, siapa yang bisa menentukan bahwa Anda benar dan Mereka salah?. Just spread your CAMPAIGN with HEART. Karena Anda, Kamu, Saya, Dia, dan Mereka (masih menjadi) Manusia.
Yap, quote tadi ditulis sendiri oleh si gue berdasarkan rasa eneg gw tentang ketiadaaannya rasa saling menghormati, menghargai dan mencintai antar umat manusia. Manusia (mungkin termasuk gw) akan cenderung menyalahkan orang lain yang melanggar suatu aturan yang dipercaya oleh sekelompok aksi, gerakan, atau komunitas. Manusiawi sih ketika dia berbuat salah, kemudian kita menegurnya. Tapi, entah mengapa, atau mungkin karena merasa punya banyak kekuatan, cara menegurnya tidak pernah BIASA.

Tolong jangan menuduh, menunjuk mereka dengan tangan anda, menghakimi seolah-olah Andalah sang hakim abadi. Ingat tidak bahwa kalian juga manusia?
Gw, jujur, paling ngga suka sama sekelompok komunitas atau apapun itu yang bergabung membentuk suatu kelompok, ketika menemukan orang lain yang tidak sepaham, kemudian menjadi arogan dan membabi buta menyalahkan orang tersebut.
Siapa elu berani bilang orang itu salah atau ngga?

Bukan gue sok-sok-an idealis atau sok suci. Gw pun kadang suka ngejudge orang lain salah atau benar. Tetapi apakah kemudian gw mengeneralisasikannya? Ngga.

Banyak hal sebetulnya yang berhubungan dengan respect. Buat gue, respect itu lebih kepada menghargai apa yang dia atau mereka percaya tanpa berusaha mengusik, mengubah, apalagi menjudge salah atau benar. Jika dia atau mereka melakukan pelanggaran atau tidak sepaham dengan kita, kita bisa memberi tahu apa yang KITA ANGGAP benar dan tetap mendengarkan apa yang MEREKA ANGGAP benar.

Perbedaan itu biasa, dinamika namanya.
Tapi kalau sudah berhubungan dengan suatu idealisme, paham, konsep, prinsip, dan kepercayaan, lebih baik berhati-hati. Nampaknya memang sengaja diciptakan perbedaan untuk itu.


Mungkin pemikiran gw rada nyeleneh atau gila. Tapi bagi gue, pasti selalu ada cara yang baik, positif, berkelas dan mudah-mudahan ngga ada yang tersakiti untuk menegur seseorang jika dia berbuat salah atau paham yang dia percaya sepertinya menyimpang. Bukan berarti gw membebaskan orang lain salah tanpa membetulkannya, tapi lebih kepada

Hidup lu, hidup lu ; Hidup gw ya hidup gw. Perihal lu membagi hidup lu dengan gw dan orang lain, itu urusan lu.

Kita emang makhluk sosial, tetapi jangan pernah lupa bahwa ngga semua hidup kita perlu disosialisasikan. Sebagai seorang makhluk sosial, keinginan untuk membantu orang lain yang ada dalam kesusahan agaknya sudah menjadi naluri manusia, tapi selalulah ingat bahwa care dan mencampuri urusan orang lain hanya berbeda dari seberapa dalam kita 'masuk' kedalam masalah tersebut.

Gue pun sedang berlatih untuk memilah dan memilih mana yang harus gw bagikan keseluruh dunia, mana yang harus gw simpan. Mana yang merupakan pengumuman, mana yang ternyata sebuah rahasia. Belajar respect dengan kepentingan orang lain subjeknya.

Buat gue, agaknya lebih nyaman jika gue 'memberi contoh' tentang sesuatu yang sepertinya benar, daripada menunjuk, memaki, dan berteriak-teriak bahwa itu salah sambil tidak melakukan tindakan apapun.

simplenya, jika sesuatu dirasa salah, maka pertanyaan berikutnya adalah "Apa Solusinya?"
Aturan dibuat bukan untuk mengekang kebebasan hak seseorang bermain-main didunia, melainkan menjadi kontrol nurani kita sebagai seorang manusia. Adanya pelaggaran bukan hanya karena lemahnya ranah hukum saja, tetapi juga lengahnya aparat kita menindaklanjuti, luruhnya moralitas pribadi kita dan luluhnya hati kita pada keadaan yang 'memang sudah begini dari dulu'.

Harusnya, eh, Idealnya,
Sanksi sosial yang diterima oleh pelaku pelanggaran sudah sepatutnya lebih mujarab dibandingan hukuman denda dan kurungan jeruji besi. Tetapi, lingkungan sosial juga lama kelamaan mengaminin apa yang dilakukan oleh pelanggar tersebut.
Yah itulah sebetulnya yang menjadi masalah. Hehehe.


Sekali lagi, memang bukan kapasitas gw untuk ngomong soal aturan, hukum, atau blaem-blaem lainya. Just sharing aja karena gw sudah terlalu muak. *lebay*..

So, all you have to do just draw your own boundaries, know your limits, and respect each other no matter they are ; cause as long as a know, RESPECT DOESN'T HAVE ANY GENDER.


Piss lop en gaul.
Arr