3.2.12

Pada Ujung Jari

aku banyak melihat mentari datang tergopoh-gopoh karena malamnya dengan sang rembulan terlalu indah untuk tenggelam.
pernah juga melirik angin yang terseok-seok menguntai jalinan air hujan yang urung mereda.
aku juga pernah memilin hati yang entah sudah berapa kali terburai bersama masa.
bukan cuma tentang cinta, tetapi juga senja.


hampir tak bisa kutemukan jalanan basah tanpa debu dibalik rindangnya kemilau lentera pagi ini.
bersemayam dalam mimpi, satu pujian pada sesosok kata yang tak berhati
aku bergulat dengan perih, menyelimuti asa dengan duka.
dan luka ini, tidak pernah sirnah

perjalanan tentang waktu yang tak memiliki peta membawa aku pada bualan asap yang dulu sangsi tuk singgah.
kini ia membeku, menjadi serpihan kosong yang terpagut pada bayang-bayang tirai masa lalu.
tapi aku berhenti.
menyimpan gelora yang basi dalam cangkir merah yang berdebu.
meluapkan sisi temaram yang tertanam didalam rongga keramik tua
dan kembali terlelap.

jangan bangunkan aku, aku telah terjaga.


Arr

1 comment: