Hollahoii O-Rangers!!
How's your day? Semoga hari senin ini ngga ada unsur bad atau hate-nya yaaa :)
Hari senin gw dimulai dengan rapih-rapih pindah tempat duduk dikantor.. Tadinya, tempat duduk gw udah pewe banget! Deket jendela. But, karena satu dan lain hal, juga demi kepentingan khalayak ramai, gw terpaksa pindah. But, siapa tau ditempat duduk yang sekarang ini bakalan lebih pw? Ya ngga?
Aniwei, hari ini gw mau sedikit cerita soal pengalaman pribadi gw yang sedikit banyak dibumbui oleh beberapa pemikiran dangkal dan super absurd.
So, let's press the scroll down.
Sudah hampir 5 tahun gw tumbuh dan berkembang biak di ibukota Jakarta yang kalo kata Muse mah, udah kaya supermasive black hole. Dari mulai gw yang ngga tau apa-apa soal angkutan kota, sampai yang gw selalu bilang "Gw tuh ngga suka Jakarta!" sambil tetep nyari kerjaan disana. Hehehe..
But satu hal yang sepertinya selalu sukses membuat gw kehilangan mood adalah ketidaksabaran orang-orang yang hidup di Jakarta. Gw ngga bilang orang jakarta asli loh, bukan juga gw bilang orang manapun. Maksud gw adalah semua orang yang hidup, mencari kehidupan, menghidupi dan menghidupkan Jakarta. termasuk gw sepertinya.
Entah karena budaya yang lambat laun tercipta atau memang setiap individu membawa arogansinya sendiri ketika sedang melakukan aktifitas di Jakarta ini. Sampai sekarang pun gw masih penasaran, sebetulnya, apa yang menjadikan orang-orang itu begitu 'brutal'?!
Sekarang, jika gw berhenti di belakang garis putih dilampu merah, tanpa harus melihat ke arah traffic light, gw bisa tau kapan lampu merah berubah menjadi hijau. Gimana bisa? Mudah saja.
Ketika lampu merah (apalagi kalau ada time counter-nya) akan berubah menjadi hijau, pada saat dia berpindah sebentar ke lampu kuning, orang-orang akan dengan serentak membunyikan klakson mereka. Itu tandanya sudah -akan- hijau, atau kita harus jalan.
Tapi jangan salah, kadang, ketika lampu masih merah dan hitungan di time counter-nya masih 5 second lagi, banyak juga yang sudah mengambil inisiatif untuk memencet klakson mereka. Oh, mungkin, mengingatkan gw untuk segera bersiap jalan.
Kalau untuk dua urusan diatas sih, masih bisa dijejali ke otak gue. Tapi kalo untuk urusan yang satu ini, agaknya sih otak mereka yang harus gue jejali.
Bukan baru satu kali gue alami kejadian absurd ketika lampu merah masih menyala. Seperti biasa, gw suka meregangkan tangan gw yang pegel gara-gara mencet kopling. Tiba-tiba dari belakang ada mobil dan motor yang dengan intensifnya ngelaksonin gw. Sebelum gw nengok, gw ngecek dulu keberadaan gw. Gw cek lampu merah, masih 30 detikan lagi. Gw cek posisi gue, ngga ngalangin orang yang mau belok kiri, terus gw cek lagi, gw masih dibelakang garis putih ko. Terus kenapa mereka ngelaksonin gw yah?
Karena mereka masih ngelaksonin gw, gw nengok dan bilang 'kenapa?' dari balik helm gw. Ngga kedengeran sih kayanya, cuma gesture kepala gw dimengerti oleh mereka. Kemudian, sambil sedikit tinggi nada bicaranya, salah seorang pengendara tersebut bilang "Maju dong lu!".
Lah, maju kemane?
Karena gw belum ada hak untuk maju, maka gw diem aja. Tapi mereka tetep ngelaksonin gw. Kuping gw sebetulnya masih sanggup denger suara knalpot bobokan yang suaranya berdesibel-desibel lebih nyaring, tapi kalo terus-terusan gini, gerah juga yah. Akhirnya, gw maju sedikit dan membiarkan motor berisik itu maju kesebelah gw. Gw pikir, dia emang mau berenti sejajar dengan gw, tapi ternyata, dia mau nerobos lampu merah toh.....
Jadi, kesimpulan selama kurang lebih 15 detik dia terus menerus ngelaksonin gw sambil sedikit ngomong kasar itu untuk nerobos lampu merah... Mudah-mudahan dia sempet introspeksi diri sebelum tiba-tiba kendaraan lain khilaf untuk ngerem yah...
Yang ingin gw tanyakan adalah "Apa fungsi klakson -Anda-?"
Buat gue, klakson itu ngga terlalu penting-penting amat sih keberadaannya. Paling cuma buat tanda -kalo gw udah dirumah, tolong bukain pagernya- doang.
Kalau Anda, sudah menggunakan klakson untuk apa aja?
Kalo bokap gw, selalu mencet klakson dimanapun kapanpun ketika ada apapun yang menghalangi jalan dia. Gw sih beberapa kali berantem sama dia soal kebiasaannya itu. Bukan soal dia ngelaksonin apa atau siapa, tapi lebih kepada BERISIK.
Kebayang kan setiap ada yang menghalangi jalan dia terus dia klaksonin?
Kalo nyokap gw, selalu nyuruh mencet klakson ketika gw nyetir mobil, dan ada motor yang jalannya persis didepan lampu kiri gw. Atau, ketika gw mau nyusul mobil atau motor.
Gw sih seringkali ngga ngelakson. Bukan karena ngga pengen mereka aware, tapi lebih kepada NYUSUL AJA RIBET AMAT.
Begini,
Menurut gw, penggunaan klakson itu seharusnya untuk hal-hal yang penting dan urgent aja. Ngga semua hal harus diklaksonin.
Apalagi yang berhubungan dengan arogansi dan sifat memiliki yang terlalu berlebihan kepada jalanan.
Ketika Anda membunyikan klakson karena orang didepan Anda menghalangi jalan Anda, memang, ada aturan atau fatwa yang tertulis menyangkut ketidakbolehan seseorang atau sesuatu menghalangi jalan Anda?
Alasan apa yang mendasari Anda memiliki kesombongan untuk menyuruh orang didepan Anda menyingkir dari hadapan Anda, agar Anda dapat bergerak bebas?
Jika kemudian dalih Anda "Lagian motor jalan ditengah" atau "Lama amat sih jalannya, buru-buru nih!" siapa yang harus disalahkan dan bertanggung jawab atas keadaan mereka?
Jalan raya yang ukuran lebarnya sudah segitu harus rela Anda bagi dengan puluhan orang pada saat yang bersamaan. Itu sih, ngga perlu saya jelaskan dapat darimana teorinya. Ketika Anda memutuskan untuk membeli sebuah kendaraan apapun jenisnya, Anda harus siap berbagi jalan dengan jutaan warga yang juga memiliki kepentingan seperti Anda.
Tidak ada aturan yang tertulis bahwa mobil berhak mengklakson motor, motor berhak menyingkirkan sepeda atau tukang jualan yang memakai roda, dan sepeda berhak mengambil langkah pejalan kaki.
Semua punya hak yang sama ketika sudah turun ke jalan.
Tidak ingin mengantre dalam kemacetan yang sudah bisa dijadwalkan layaknya kereta api? Silahkan hubungi petugas keamanan yang memiliki motor ber-cc besar, memakai lampu strobo, dan biasa parkir dibawah flyover, deket lampu merah, belokan putar balik, bahkan dibalik semak-semak.
Mungkin Anda bisa memiliki kesempatan untuk berjalan tanpa hambatan.
Bagi gw yang hanya warga menumpang diJakarta, perilaku memencet klakson seagresif menginjak gas adalah perilaku yang cukup membuat emosi. Sampai gw mencari apa sebetulnya hal mendasar yang membuat mereka melakukan hal tersebut? Mungkin jawabannya adalah Sabar.
Memencet klakson ketika lampu masih merah ; tidak sabar menanti lampu hijau dan gemas melihat jalan didepannya kosong. Dia mungkin lupa, disaat lampu kita merah, lampu lain berwarna hijau...
Memencet klakson ketika ada sesuatu yang menghalangi didepan ; tidak sabar dalam perjalanan dan merasa dia memiliki hak lebih untuk jalan duluan. Dia mungkin tidak sadar akan berjalan zig-zag membelah arus demi menemukan kelancaran...
Memencet klakson ketika seseorang dengan tidak sengaja atau sengaja menyalip anda dijarak yang sangat dekat ; refleks umum yang dicampur sedikit rasa kaget dan shock. Karena mungkin kurang sabar menjaga emosi, kemudian memencet klakson sangat paaanjaaang dan laaaamaaaa. Dia mungkin shock dan syarafnya sedikit konslet sehingga lupa mengangkat jempol dari tombol klakson yang mungkin juga konslet....
Memencet klakson ketika tidak ada apapun yang harus diklaksonin ; agaknya, Anda sudah harus pergi berlibur ke alaska dan merendamkan kepala Anda pada gletser yang tengah mencair.
Kongklusi dari curhat gw diatas adalah, pergunakan-lah klakson Anda yang kadang bunyinya seperti sapi mau beranak dengan sebaik mungkin. Karena seperti genre musik, ngga semua orang suka yang bising.
Nooot..not...nooott...not!
Arr
Susah memang menghadapi manusia-manusia sok buru2..hehehe
ReplyDeleteaq ya jarang klakson.. aq jalannya stabil ga kenceng ya ga lambat.jd ketika ada kendaraan ada di depan kita bisa mengatur jarak utk menyalip.
ReplyDeleteklo pun di lampu merah ya pake prinsip "klo rejeki ga kemana" klo merah pasti ijo.lagian nunggu juga ga lama2 amat.lampu merah mengajarkan kita untuk sabar.
dan jalan raya mengajarkan kita untuk saling berbagi