17.3.10

Make it simple

Seorang sahabat pernah bercerita tentang suatu analogi yang sedikit banyak membuka pikiran saya.
kira-kira begini ceritanya :

Disuatu perusahaan Internasional yang memproduksi sabun mandi, tengah terjadi sebuah keributan besar antara Direktur dan si empunya perusahaan. Awal dari cekcok ini adalah komplain konsumen yang mendapatkan sabun dengan isi kosong. Direktur kontan langsung memarahi bagian quality checking karena lalai dalam memeriksa kemasan sabun.
Staff bagian Quality Checking melakukan pembelaan diri dengan berkata "Maafkan saya, Pak. Saya juga manusia yang bisa saja khilaf dan lalai. mungkin pada saat saya sedang meregangkan badan, kemansan kosong itu luput dari pengawasan saya"

Direktur tetap saja tidak senang. Karena komplain ini sudah ketiga kalinya dalam satu bulan. Menurut dia, perusahaan harus membeli alat untuk mengawasi pengecekan terakhir yang lebih baik dari si Staff quality checking itu. Otomatis, staff yang sudah bekerja sejak perusahaan berdiri itu harus dipecat.

Yang empunya perusahaan merasa keberatan. Ia mengatakan bahwa potong saja gaji si staff dan bikin dua atau tiga shift pengawasan dengan jadwal yang tidak terlalu panjang. Ini terdengar ekonomis tetapi merugikan si staff tersebut.

Kemudian, si staff menangis dan memohon agar ia ditidak dipecat ataupun dipotong gajinya. Gajinya yang hanya kurang dari 1% gaji sang Direktur itu sudah tidak lagi cukup untuk memberi makan keluarganya, apalagi jika dipotong.

Saat Direktur dan Empunya perusahaan berdebah soal Robot ataukan Mesin scan yang mahal, datang lah seorang office boy kedalam ruangan.Rupanya ia sudah mendengarkan percekcokan dan huru-hara didalam ruangan itu sejak daritadi. Direktur, Empunya perusahaan dan Staff Quality Checking tidak ada yang menyadarinya karena larut dalam ego masing-masing.

Office boy ini kemudian berkata dengan suara yang halus dan pelan, takut disangka kurang ajar oleh atasannya.
"Saya punya sebuah kipas angin murahan di kamar saya. Sekiranya bisa digunakan sementara untuk memilah kotak yang kosong agar keluar dari jalur pengepakan, sambil menunggu mesin robot canggih Tuan datang."

Direktur dan Empunya perusahaan menoleh dan berkata "Kipas Angin? mana mungkin?!"
Muka Office Boy ini langsung takut dan pucat. Namun ia tetap menjawab pertanyaan Tuannya, "Bi..bisa Tuan. Tuan hanya tinggal menaruh kipas angin saya, tidak perlu pakai uang sewa di sebelah jalur pengepakan. Maka kotak sabun yang kosong akan dengan sendirinya tertiup angin tanpa harus dibuka kemasannya."

Seketika, wajah direktur yang tegang karena debat itu meregang. Ia sedikit malu pada dirinya sendiri. Mengapa ia tidak terpikir solusi yang SESIMPEL itu?
Mengapa ia berpikir hal yang kompleks padahal sebetulnya solusinya sederhana?
Mengapa ia berpikir terlalu jauh sehingga mengabaikan orang lain?

Sejak Saat itu, banyak orang berbahagia.
Si Empunya perusahaan bahagia karena ia tidak perlu membeli robot scanner yang mahal dan memotong gaji staff,
Direktur bahagia karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli alat mahal
Staff Quality Checking bahagia karena ia tidak jadi dipecat dan anak-anaknya masih bisa makan.
dan si Office Boy bahagia karena kipas anginnya dibayar mahal oleh Direktur berupa kenaikan pangkat menjadi General Affair di pabrik.

Kadang kita terlalu bersemangat memikirkan solusi yang kompleks pada masalah kita. Walaupun memang tidak semua masalah bisa didelesaikan dengan sederhana. Tapui pemikiran sederhana itu akan mengarahkan kita utuk bersikap tenang dan lurus.
Kita kadang lupa akan keberadaan orang lain akibat keputusan yang kita ambil merugikan mereka.

Saya pribadi saat ini masih belajar untuk mencari solusi-solusi sederhana dalam memecahkan masalah. Memang tidak mudah, karena segala sesuatu itu prosesnyalah yang menentukan akhirnya.


Regrads,
Arr

No comments:

Post a Comment