pusara awan berbalik menghitam.
jutaan bintang tak sanggup lagi berpendar. ia hancur dan tertiup angin kelabu yang diam
bukan lagi beriak yang menggenang dan tak pantulkan sinar rembulan. Padam
letih sepertinya garis langit yang membingkai bumi. Fana
karena tak seorang pun melihat apa yang ia pilin.
tak mendengar apa yang ia lagukan
dan ia pun berbalik menghitam
---
bukan lagi jingga atau lembayung
tak merona biasan ungu
bukan kelambu biru dan temaram merah
pudar seperti kiasan
spektrum lama yang pernah terkukung tak lagi sejuk
dan butiran salju menjadi masa lalu.
petir mendayudayu seolah ia inginkan terang
dan kilauan mentari menghapus airmatanya
---
pulang
segeralah tinggalkan jejak anak kegalauan yang kau buat
pulang
lupakan gurauan pesakitan yang membuaimu dalam ayunan
pulang
dan ceritakanlah pada dua bingkai jendela surga yang sayu
pulang
bergegaslah karena dataran itu segera tenggelam
---
sudah malamkah?
terlambatkah aku menjemput asa?
sudah terlalu malamkah?
masih bisakah aku melaju waktu?
sudah akan esok kah?
cukupkan waktuku untuk menghalau dingin?
sudah mulai benderangkah?
itukah pertanda akan adanya lagi harapan atau semua jalan yang tak berpintas.?
Jakarta, Maret 2010
No comments:
Post a Comment