senyuman itu, aku selalu rindu.
mengalir dengan getir airmata ini bukan karena itu
perlahan darah yang mengitam tak lagi beku
mencair tergores tajamnya laku
senyuman itu, aku selalu percaya
begitu banyak makna dan rasa yang tersusun diseberang ngarai
dan kubangun perlahan temali yang sanggup menahan goyah
senyuman itu, aku selalu cinta
dan ketika ia berhenti bergurat tak membekas,
aku hilang.
Jakarta, Maret 2010
No comments:
Post a Comment