kursi pesakitan ini memilukan, Sayang..
tak dapat dengan mudah aku beranjak darinya..
dengan duri dari mawar hitam ia menyeret urat nadiku keluar,
kubayar dengan airmata, tak juga dilepaskannya.
kursi pesakitan ini perih, Sayang..
tak ada lagi yang mendengar raungan darah yang mengalir disela korneaku
seolah semua telujuk menusuk tepat dijiwaku
seakan aku juga mati, sama sepertimu..
Aku mengadu.
dengan berlumur tanah aku mengadu.
akuu menangis.
dengan tetesan nanah aku menangis.
kepada kamu.
persimpangan ini membunuhku, Sayang.
dan membuatmu sekarat.
jangan pernah mati karena kamu adalah yang ditunggu mentari.
biar aku mati,
karena sampah diujung senja pun enggan untuk bergabung.
aku hanya ingin melihat senyum yang dirinsukan bulan,
aku hanya ingin memeluk badan yang diselimuti hujan
aku hanya ini mencium mata yang disinari bintang.
aku hanya rindu,
boleh aku merasa rindu seperti kamu?
No comments:
Post a Comment