Hollahoi O-Rangers..
Gw mau coba nulis sesuatu yang 'lurus' deh besides gw curhat dan nulis puisi.. haha
Gossip is in the air.
Sudah hampir dua minggu lebih televisi dirumah gw dibombardir dengan berita Video Mesum Abang Ariel dengan Lunmay. Hari pertama terbongkarnya berita panas ini membuat si gw penasaran setengah mati secara gitu yah gw ini penggermar beratnya Abang Ariel.
Sempet kaget dan shock *tapi ga lebay* atas gambar-gambar yang ada didalam video itu. Cuma yasudahlah ya, itu mungkin memang mereka dan mereka memang sengaja mengabadikan adegan itu dengan tujuan pleasure.
Itu gw. Itu tindakan gw yang tidak terlalu mengambil pusing atas kejadian Ariel VS Luna atau Ariel The Series season 1. Tapi Media massa a.k.a koran, televisi, internet apalagi, bahkan radio secara semena-mena memblow-up berita ini hingga bukan lagi naik kepermukaan, melainkan mengapung diatas angin.
Mass Media as our World Windows
Bukan gw mau sok tau soal media massa, I just give my opinion aja sebagai masyarakat awam. Memang, sudah sejak lama media massa menjadi mata ketiga kita (secara kita punya mata dua biji.) untuk mengetahui apa yang terjadi diluar sana. Diluar penglihatan kita, diluar kemampuan kita untuk menerawang dan mendeteksi kejadian.
Pendek kata, media massa adalah jendela dunia kita. Kalau dulu, yang pegang slogan ini adalah buku. Tapi kalo menurut gw sekarang, yang disebut jendela dunia adalah Media Massa.
Coba deh kita perhatikan, pagi-pagi buta, pas kita bangun tidur yang kita ambil apa?
Buku pengantar marketing kah? atau BB kita buat liat "Ada apa sih di Twitter hari ini?"
Contoh lain, dimana pertama kali kita tahu bahwa Video mesum Abang Ariel tersebar luas? Kaskus kan? alias the largest Indonesian Community CMIWW.
Hal-hal diatas, adalah beberapa contoh kecil kenapa gw menggambarkan kalo media massa adalah jendela kita sekarang.
Global Village VS Moralitas
Dengan adanya kemajuan teknologi, masyarakat indonesia yang katanya masih ada yang buta huruf kini agak sedikit melek dengan teknologi. Siapa yang tidak tahu fenomena Blackberry? siapa yang sekarang tidak membicarakan Ariel The series? siapa yang sekarang tidak punya account FaceBook (saya!!)?
Masyarakat Indonesia kini menjadi masyarakat hampir modern yang hidup dalam sebuah desa global atau global village.
Global Village adalah desa global yang mana semua anggota dari desa tersebut memberikan, menerima dan menyebarkan informasi melalui media dan teknologi yang digital sehingga informasi dengan jenis apapun dapat diterima dan disebarkan dengan cepat dan baik keseluruh belahan dunia. Hal ini lah yang menyebabkan Miyabi gesit banget pengen liat gaya Abang Ariel sama luna..
Hubungan Global Village dan Moralitas adalah satu, FILTER.
Yap, ketika semua orang memiliki akses begitu bebas dengan berbagai rupa dan ragam media massa, harus ada yang namanya Filter untuk memilah dan memilih mana saja informasi yang dibutuhkan. Tanpa adanya filter, maka perlahan-lahan moral kita sebagai manusia akan semakin dipertanyakan.
Mengapa gw berfikir demikian?
Gini, ketika kita punya akses mudah dan cepat kedalam segala jenis media massa terutama TV dan Internet, kita akan terbiasa secara perlahan-lahan untuk mencari sesuatu yang sebetulnya tidak begitu kita butuhkan. Film porno misalnya. Atau gossip artis, atau yang lebih parahnya lagi, Hacking.
Sehingga moral kita sebagai manusia yang saling harga menghargai akan perlahan-lahan tergantikan dengan kebutuhan duniawi yang gw akui memang nikmat.
The Agenda Setting
Back to Ariel The Series cases. Menurut Theory Agenda Setting yang gw pelajari sampe ngolotok diluar kepala, Meningkatnya nilai penting suatu topik berita pada media massa menyebabkan meningkatnya nilai penting topik tersebut pada khalayaknya (Nurudin, hlm :195, 2007). Maksudnya adalah kita ini sebetulnya distir oleh media massa (no offense yaa buat para awak media). Media massa akan membuat framing tentang apa saja yang harus dianggap penting oleh masyarakat. Mereka kadang tidak tahu apa yang sebetulnya kita butuhkan sebagai manusia normal (alias ga pengen tau terus-terusan mengenai Ariel), tetapi mereka membuat kita tahu apa yang harus kita pikirkan .
Kita ambil contoh kasus Ariel.
Ketika ariel merusak kamera wartawan -sorry sekali lagi, no offense-, coba deh O-Rangers bertanya pada diri sendiri, "Apakah kita butuh tahu kalau ada kamera wartawan dirusak sama si Ariel?" tapi media massa merasa kita perlu memikirkan dan tahu hal tersebut karena ini menyangkut hajat para awak media.
Secara detail, gw ga begitu paham what the kamsud mereka memblowup itu sampai heboh demikian. Cuma gw ambil positifnya aja deh, mungkin rasa empati dan solidaritas antar awak media yang menyebabkan berita itu menjadi bumbu kita tiap pagi di infotainment.
Conclusion
Pertanyaannya adalah "Apakah kita bisa berhenti tergantung dengan Media Massa?" Kalo gw pribadi akan jawab TIDAK.
Soalnya, dimana lagi gw bisa update twit gw yang ga penting? nyari lyric snow patrol, buka justin bieber lagi live in concert, nonton NCIS, BONES dan CSI?
Tapi, sekarang adaah waktunya kita pintar memilih media massa. Biarkan Media massa mengatur 'agenda' informasi kita, tapi kitalah yang memilihnya, mau media mana yang akan kita percaya.
Sesuai dengan teori Uses and Gratification Theory yang menyebutkan bahwa kita akan memilih dan menggunakan channel atau media itu sendiri. Dengan begitu, kita harus menjadi 'filter' bagiu dirikita sendiri.
Kalo gw, pengen banget mewujudkan Indonesia yang ga cuma melek teknologi, tapi juga melek informasi yang dibawa oleh teknologi itu sendiri. Sehingga, masyarakat Indonesia bisa semakin pintar menyaring dan memanfaatkan informasi, bukan cuma bisanya pake terus telen.
So, mulai sekarang, ayo pintar pilih berita yang kita butuhkan, bukan cuma apa yang media inginkan.
Warm Regrads,
Arinda Casni si calon sarjana broadcast.
Sumber :
A. Gambar : Mbah Gugel tercintah
B. Teori : Pengantar Komunikasi Massa, Nurudin M.Si, 2007
Pemahaman Teori dan Praktik Jurnaistik, Mondry S.Sos, 2008
*Leave a comment ya O-Rangers, buat bahan evaluasi gw juga nantinya.. Thx a bunch!*
No comments:
Post a Comment